Abubakar dan Aisyah Memalsukan Hadis Tentang Ketiadaan Hak Fatimah Atas warisan KEBUN FADAK..
.
Motifnya ???
.
1. Agar imam Ali dan Fatimah terlunta lunta sehingga gagal membangun pasukan pemberontak..
2. Kebun FADAK diperlukan sebagai modal menghadapi kaum murtad
Kenabian Nabi Muhammad sama dengan kenabian Nabi Musa.
Alkisah Nabi Musa pernah dikhianati oleh Samiriy. Samiriy artinya
adalah berbisik-bisik atau sekolompok orang yang berbisik-bisik untuk
bermakar ria. Nabi Harun AS diam karena takut terjadi perpecahan
Hal Ini juga sama terjadi pada diri Nabi Muhammad yang dimana
beberapa orang sahabatnya berbisik-bisik untuk merebut kekuasaan Imam
‘Ali AS ketika Nabi sedang menghadapi hari-hari terakhirnya.
Imam ‘Ali mengetahui hal tersebut tapi diam saja, semata-mata agar
tidak terjadi perpecahan dikalangan umat, hal ini sangat sesuai dengan
sikap Nabi Harun AS.
Dan adalah fakta bahwa kedudukan Imam ‘Ali AS sama dengan kedudukan Nabi Harun As disisi Nabi Musa AS.
Banyak sejarah yang telah dimanipulasi untuk mengangkat derjat dan
keutamaan beberapa “sahabat” Nabi. Sedangkan keluarga Nabi direndahkan.
Seperti ucapan Ibnu Taymiah yang menyatakan bahwa Imam ‘Ali AS bukan
saudara Nabi Muhammad SaaW, sedangkan fakta menyatakan bahwa Imam ‘Ali
AS memang saudara Nabi Muhammad AS.
Apakah orang yang menyakiti Sayidah Fatimah AS dijamin masuk syurga?
Apakah orang yang menzolimi keluarga Nabi (Ahlul Bait) dijamin masuk
surga? Hadits 10 sahabat tersebut masih perlu dikaji ulang
Tidak ada yang aneh. Apakah aneh seorang Nabi Harun as terpaksa
membiarkan kaum Musa as menyembah berhala sapi emas buatan Samiri,
sehingga sepulangnya Musa as dari bukit Tursina, Musa as menarik
janggutnya lantas “Berkata Musa: “Hai Harun, apa yang menghalangi kamu
ketika kamu melihat mereka telah sesat, kamu tidak mengikuti aku? Maka
apakah kamu telah mendurhakai perintahku?” Harun menjawab’ “Hai putera
ibuku, janganlah kamu pegang janggutku dan jangan kepalaku; sesungguhnya
aku khawatir bahwa kamu akan berkata : “Kamu telah memecah antara Bani
Israil dan kamu tidak memelihara amanatku”. (QS Thaha ayat 92-94 ; Baca
lebih seksama teks al-Quran ini dan renungkan kaitannya dengan kasus yg
anda anggap aneh!)
SiKAP FATiMAH KEPADA ABUBAKAR
Bahkan Fatimah as berwasiat kepada Imam Ali as agar beliau as
dimakamkan di malam hari dan tak membiarkan seorangpun datang kepada
beliau as, Abubakar dan Umar tidak boleh diberitahu tentang kematian dan
penguburan beliau as, serta Abubakar tidak diijinkan shalat atas
jenazah beliau. Referensi Ahlusunnah :Shahih Bukhari, juz 3, Kitab
“Al-Maghazi”, Bab “Perang Khaibar”. [Lihat Catatan Kaki no. 34]
Fatimah sendiri yang meminta Asma’ binti Umais ( isteri Abubakar )
untuk membantu merawat diri beliau. Bahkan Fatimah meminta Asma’ untuk
membuatkan keranda untuk mengusung jenazah beliau as kelak. Dan Asma’
adalah orang yang membantu Imam Ali as dalam memandikan jenazah Fatimah
as, tetapi tidak termasuk yang mengantarkan jenazah beliau ke kubur.
Referensi Ahlusunnah :
- Ibn Hajar Al-Asqolani, dalam “Al-Ishabah”, juz 8, riwayat no. 11583. [Lihat Catatan Kaki no. 33]
- Abu Nu’aim Al-Ashbihani, dalam “Hulyatul Auliya’”, jilid 2, hal. 43.
Imam Ali as pernah mencoba untuk mengadakan perlawanan atas Abubakar.
Beliau bersama Fatimah Az-Zahra as pernah mendatangi para sahabat yang
telah membai’at Abubakar untuk menarik bai’at mereka atas Abubakar,
namun mereka tidak mau melakukannya. (Referensi Ahlusunnah :a. Habib
Al-Hamid Al-Husaini, dalam “Imamul Muhtadin”, bab Saqifah.b. Ibn
Qutaibah, “Imamah Wa Siyasah”, jilid 1, hal. 12. )
Fatimah puteri Nabi SAW dikuburkan sembunyi-sembunyi di tengah
kegelapan malam sebagai bukti sejarah YANG MEMBENARKAN MAZHAB SYi’AH
Ya, itulah maksud dari Fatimah membuat wasiat demikian ! Agar kita
penganut mazhab syi’ah punya hujjah tentang kebenaran mazhab ahlulbait..
Maklumlah hadis hadis jaminan sorga pada masa Dinasti Umayyah dan
Dinasti Abbasiyah bisa diobral kepada siapa saja
Mereka yang mengaku muslim dan bahkan sahabat Nabi SAW telah terlibat konspirasi jahat dalam penzaliman keluarga suci Ahlul Bait
Ini semua tidak lepas dari efek pertemuan Saqifah yang memaksakan Abu Bakar diangkat sebagai Khalifah.
Ada dua pertanyaan kepada anda :
1. Apakah anda menuduh Nabi Saw tega melepaskan begitu saja umat tanpa pengganti setelah wafatnya ??
2. Pengganti dan khalifah Nabi Saw sesuai dengan bukti-bukti
standar dalam sejumlah hadis sunni (yang di shahihkan syi’ah) hanyalah
Amirulmukminin As
Korban pertama dari kekejian politik itu adalah, Sayyidah Fatimah Az
Zahra As. Setelah wafat Ayahanda tercinta, Az Zahra, pergi meninggalkan
kesedihan bagi keluarga Nabi dan pengikutnya. Putri suci dan belahan
hati Nabi, menuai kematian tragis dalam usianya yang masih muda, 18
tahun.
Jenazah suci Az Zahra As dimakamkan di tengah kegelapan malam. Imam Ali As dan kedua putranya—Alhusain dan Alhasan—serta beberapa sahabat terdekat, secara sembunyi-sembunyi menguburkan jenazah putri Muhammad SAW.
Kejadian itu sungguh menyedihkan dan hingga kini masih meninggalkan misteri dalam sejarah Islam.
Kematiaan Az Zahra jelas membuat kita bertanya:
Apa yang menyebabkan Az Zahra meninggal dalam usia yang begitu muda?
Mengapa Ia dimakamkan secara tersembunyi, hanya dihadiri oleh keluarga dan beberapa sahabat Nabi serta dilakukan di waktu malam.
Bukankan Ia meninggal lebih dulu dari Abu Bakar dan Umar Bin
Khatab, namun mengapa Ia tidak dimakamkan di samping kuburan Ayahanda,
Baginda Nabi SAW?
Az Zahra As adalah satu dari empat wanita suci dan mulia yang disebutkan dalam Al Qur’an. “Sesungguhnya kami mengkaruniakan kamu Kautsar. Maka sembahyanglah (Sholat Aidil Adha) dan korbanilah demi Tuhan Mu.” (Surah Mubarak Kautsar, Ayat 1-2)
“Kautsar” memiliki makna “kebaikan dan keberkahan yang banyak”. Para
ulama Ahlul Bait menegaskan bahwa “Kautsar” adalah kewujudan suci
Fatimah Zahra As. Ayat ini merujuk kepada peristiwa ketika Rasullah SAW
diftnah dan dilecehkan sebagai orang yang terputus keturunannya.
Sehingga turunlah ayat tersebut, “…Kami karuniakan kamu kautsar”. (baca)
“Kautsar” atau tepatnya Fatimah Zahra As adalah jawaban Allah SWT
atas jaminan kelangsungan keturunan Rasullah SAW. Sebuah anugerah dari
awal keturunan Ahlul Bait yang tidak dimiliki oleh para Nabi dan ummat
manusia lainnya di muka bumi.
Fatimah az-Zahra As adalah wanita agung sepanjang masa yang mewarnai
kehidupannya dengan kesucian, kesederhanaan, pengabdian, perjuangan dan
pengorbanan. Ia adalah gambaran wanita berahlak mulia, lembut dan
penyayang. Siapapun yang menyelam di lautan kehidupan Ummu Abiha, akan
menemukan kemilau mutiara kenabian yang menyimpan cahaya cinta dan
keagungan Allah SWT.
tidak ada 1 orang pun yang boleh mengetahui makamnya selain para
pengubur…Ali bahkan membuat 7 kubur untuk mengecoh Abu dan Umar…ketika
Abu dan Umar ingin membongkar semua makam untuk dapat memandikan dan
mensholati lagi jenazah Fatimah, Ali menjaga Baqi dengan membawa
Zulfikar dan menyatakan akan terjadi pertumpahan darah bila tetap
dilakukan pembongkaran. Abubakar da n Umar pada akhirnya mengalah agar
tidak terjadi pertumpahan darah walau mereka terus bersedih dan menangis
atas penolakan Fatimah…bahkan Abubakar meminta semua pihak membatalkan
baiat atas dirinya…namun semua itu sudah tidak berlaku…fatimah telah
murka…semua wasiat dilakukan karna rasa marah yang luar biasa terhadap
abu dan umar
dan alasan kenapa fatimah, dan juga al-Hasan yang sungguh ingin
dmakamkan di samping makam rosul tidak dapat terwujud karena penolakan
dari Aisyah
sungguh di luar apa yang telah saya ketahui apa yang terdapat dalam
berbagai buku, hampir semua buku dengan judul berbeda memiliki alur
cerita yang sama hanya beda cara penyampaian…pada beberapa buku
dijelaskan alasan Abu Bakar dan Umar bertindak demikian…
patutkah juga keluarga Rosul diperlakukan seperti itu??
sedang Rosul mengatakan pada mereka bahwa Fatimah adalah penghulu
wanita di surga?? Ali adalah suami penghuni surga…Hasan dan Husein
adalah cucu yang dikasihinya…Malah kaum muslim juga yang membunuh husein
dengan sangat biadab..pembunuhan terkeji pertama yg ada di muka
bumi..hingga seluruh binatang dan malaikat mengutuk perbuatan
tersebut..bahkan jika boleh memilih mereka tidak ingin lagi berada di
dunia..Maha Besar Allah…semoga apa yg kita ketahui bukanlah suatu
kesesatan…
benar benar bingung….segala yang awalnya setau qita baik..kok jadi buruk??
Sejarah, riwayat dan hadis Nabi SAW telah banyak dipalsukan dan
diputar balikkan, sehingga ummat Muslim percaya yang tersurat itulah
sebenarnya. Sedangkan kisahnya yang tersirat terpendam ditelan zaman,
maka dinamakan ianya Fitnah Awal Zaman. Yang mengetahui sejarah sebenar
yg tersirat itu, adalah dikalangan Ahlul Bait Nasab sejati warisan Nabi
Muhammad SAW itu sendiri. Maka antaranya Ahlul Bait Imam 12 Syiah,
adalah Generasi Ke3, dari nasab Ali Zainal Abidin bin Sayyidina Hussein,
yang selalu diburuk2kan oleh mereka itu….
Ringkasan Pertanyaan
Apakah karena mengganggu dan menyakiti Hadhrat Fatimah As
telah menjadi sebab adanya wasiat supaya beliau dikuburkan secara
diam-diam dan tanpa kabar kepada masyarakat?
pertanyaan
Disebutkan bahwa Hadhrat Fatimah Zahra sangat murka atas
pembakaran yang terjadi di rumahnya sedemikian sehingga tatkala
syahidnya beliau berwasiat supaya Imam Ali As tidak mengabarkan kepada
siapa-siapa. Apakah hal ini demikian adanya?
Sebuah singkat
Sesuai dengan yang disebutkan dalam literatur-literatur penting Syiah
dan Ahlusunnah bahwa sebagian sahabat, dalam banyak hal, telah mengusik
dan menyakiti Hadhrat Fatimah Zahra sehingga telah menyebabkan
kekecewaan dan ketidakrelaan beliau. Demikian juga dalam banyak riwayat
disebutkan bahwa Hadrat Fatimah Zahra meminta kepada suaminya, Imam Ali
As agar ritual pemandian, shalat jenazah dan pemakamannya dilakukan
diam-diam. Nampaknya putri Rasulullah, dengan wasiat khususnya ini,
ingin mengabarkan protesnya atas perampasan hak-haknya kepada seluruh
orang.
rincian jawaban
Pascawafatnya Rasulullah Saw, sebagian sahabat dalam banyak kasus
telah mengusik dan menyakiti Fatimah Zahra As sehingga telah menyebabkan
kekecewaan dan ketidakrelaan beliau. Sebagian dari kasus ini disebutkan
dalam literatur-literatur Ahlusunnah. Silahkan Anda lihat Pertanyaan
No. 5262 (Site: 5512), Indeks: Syahâdah Hadhrat Fatimah Zahra Sa
dalam Litetarur-literatur Ahlusunnah. Demikian juga dalam sebuah riwayat
yang dinukil dari Jabir bin Abdullah Anshari Ra disebutkan,
“Pascawafatnya Rasulullah Saw, Hadhrat Fatimah Zahra jatuh sakit, dua
orang sahabat Rasulullah Saw datang ingin membesuk dan menanyakan
beliau! Hadhrat Fatimah Zahra Sa bersabda, ’Apakah kalian tidak
mendengar Rasulullah Saw bersabda: Fatimah adalah belahan jiwaku.
Barangsiapa yang menyakitinya sesungguhnya ia telah menyakiti aku? Dua
orang sahabat itu berkata, ‘Iya. Kami mendengar darinya (Rasulullah).’
Saat itu, Hadhrat Fatimah Zahra Sa mengangkat kedua tangannnya ke atas
dan berkata, ’Tuhanku. Engkau menjadi saksi bahwa kedua orang ini telah
menyakitiku dan telah merampas hakku,’ kemudian beliau berpaling dari
keduanya. Selepas itu beliau tidak berbicara dengan keduanya.”[1]
Demikian juga, dalam sebagian riwayat disebutkan bahwa Hadhrat
Fatimah Zahra Sa meminta kepada Imam Ali As supaya upacara pemandian,
shalat jenazah dan penguburannya dilakukan diam-diam. Sebagaimana hal
itu disebutkan dalam surat wasiatnya, “Ini wasiat Fatimah putri
Rasulullah Saw dan memberikan kesaksian bahwa tiada tuhan selain Allah
yang Esa dan Muhammad Saw adalah hamba dan utusan-Nya. Surga dan neraka
adalah hak. Dan tanpa ragu hari Kiamat akan segera datang. Dan Allah Swt
pada waktu itu akan membangkitkan dan menghidupkan orang mati dari
kuburnya. Wahai Ali! Aku Fatimah putri Muhammad. Allah Swt menikahkan
aku denganmu sehingga aku mendapatkan kehormatan menjadi istri bagimu.
Engkau lebih layak bagiku daripada orang lain. Balsemlah aku, (kemudian)
mandikan, kafani dan shalatilah jenazahku, dan kuburkanlah aku di malam
hari. Janganlah engkau kabarkan kepada siapa pun. Aku serahkan dirimu
kepada Tuhan. Sampai jumpa di hari Kiamat. Sampaikan salamku kepada
putra-putriku.”[2]
Nampaknya putri Rasulullah, dengan wasiat khususnya ini, ingin
mengabarkan protesnya atas perampasan hak-haknya kepada seluruh
orang.[IQuest]
[1]. Muhammad Baqir al-Majlisi, Bihâr al-Anwâr, jil. 43, hal. 214,
[2]. Ali bin Muhammad Khazar Qummi, Kifâyat al-Âtsâr, hal. 63, Intisyarat-e Bidar, Qum, 1401 H.
[2]. Ali bin Muhammad Khazar Qummi, Kifâyat al-Âtsâr, hal. 63, Intisyarat-e Bidar, Qum, 1401 H.
Ringkasan Pertanyaan
.
Apakah hal-hal yang berkenaan dengan syahâdah Hadhrat Fatimah Sa
dapat dijumpai pada literatur-literatur Ahlusunnah? Tolong Anda sebutkan
literatur-literatur itu dan sedapat mungkin dikirim ke email saya.
Terima kasih.
Sebuah singkat
Fakta sejarah ini tetap hidup dan terjaga dalam kitab-kitab sejarah
dan hadis. Para pembesar Ahlusunnah seperti Ibnu Abi Syaibah, Baladzuri,
Ibnu Qutaibah dan sebagainya mengakui fakta ini. Untuk mengetahui lebih
jauh beberapa referensi terkait dengan penyerangan rumah Hadhrat Zahra
Sa demikian juga beberapa referensi berkenaan dengan syahâdah Hadhrat
Fatimah Zahra Sa kami persilahkan Anda untuk melihat jawaban detil dari
site ini
.
.
rinci jawaban
Penyerangan rumah dan syahâdah Fatimah Zahra Sa
Terkait dengan hal ini kami akan mengutip beberapa matan dari
kitab-kitab Ahlusunnah sehingga menjadi jelas bahwa masalah penyerangan
kediaman Hadhrat Fatimah Zahra Sa merupakan sebuah peristiwa sejarah
faktual dan niscaya serta bukan sebuah mitos dan legenda!! Meski pada
masa para khalifah terjadi sensor besar-besaran terhadap penulisan
keutamaan dan derajat (para maksum); akan tetapi kaidah menyatakan bahwa
“hakikat (kebenaran) adalah penjaga sesuatu.” Hakikat sejarah ini tetap
hidup dan terjaga dalam kitab-kitab sejarah dan hadis. Di sini kami
akan mengutip beberapa referensi dengan memperhatikan urutan masa
semenjak abad-abad pertama hingga masa kiwari.
1. Ibnu Abi Syaibah dan kitab “Al-Musannif”
Abu Bakar bin Abi Syaibah (159-235 H) pengarang kitab al-Mushannif dengan sanad sahih menukil demikian:
“Tatkala orang-orang memberikan baiat kepada Abu Bakar, Ali dan
Zubair berada di rumah Fatimah berbincang-bincang dan melakukan
musyawarah. Hal ini terdengar oleh Umar bin Khattab. Ia pergi ke rumah
Fatimah dan berkata, “Wahai putri Rasulullah, ayahmu merupakan orang
yang paling terkasih bagi kami dan setelah Rasulullah adalah engkau.
Namun demi Allah! Kecintaan ini tidak akan menjadi penghalang. Apabila
orang-orang berkumpul di rumahmu maka Aku akan perintahkan supaya
rumahmu dibakar. Umar bin Khattab menyampaikan ucapan ini dan keluar.
Tatkala Ali As dan Zubair kembali ke rumah, putri Rasulullah Saw
menyampaikan hal ini kepada Ali As dan Zubair: Umar datang kepadaku dan
bersumpah apabila kalian kembali berkumpul maka ia akan membakar rumah
ini. Demi Allah! Apa yang ia sumpahkan akan dilakukannya![1]
2. Baladzuri dan kitab “Ansab al-Asyrâf”
Ahmad bin Yahya Jabir Baghdadi Baladzuri (wafat 270) penulis masyhur
dan sejarawan terkemuka, mengutip peristiwa sejarah ini dalam kitab
“Ansab al-Asyrâf” sebagaimaan yang telah disebutkan.
Abu Bakar mencari Ali As untuk mengambil baiat darinya, namun Ali
tidak memberikan baiat kepadanya. Kemudian Umar bergerak disertai dengan
alat untuk membakar dan kemudian bertemu dengan Fatima di depan
rumah. Fatimah berkata, “Wahai putra Khattab! Saya melihat kau ingin
membakar rumahku? Umar berkata, “Iya. Perbuatan ini akan membantu
pekerjaan yang untuknya ayahmu diutus.”[2]
3. Ibnu Qutaibah dan kitab “Al-Imâmah wa al-Siyâsah”
Sejarawan kawakan Abdullah bin Muslim bin Qutaibah Dainawari
(216-276) yang merupakan salah seorang tokoh dalam sastra dan penulis
kawakan dalam bidang sejarah Islam, penulis kitab “Ta’wil Mukhtalaf
al-Hadits” dan “Adab al-Kitab” dan sebagainya. Dalam kitab “Al-Imamah wa
al-Siyasah” ia menulis sebagai berikut:
“Abu Bakar mencari orang-orang yang menghindar untuk memberikan baiat
kepadanya dan berkumpul di rumah Ali bin Abi Thalib. Kemudian ia
mengutus Umar untuk mendatangi mereka. Ia datang ke rumah Ali As dan
tatkala ia berteriak untuk meminta mereka keluar namun orang-orang dalam
rumah tidak mau keluar. Melihat hal ini Umar meminta supaya kayu bakar
dikumpulkan dan berkata, “Demi Allah yang jiwa Umar di tangan-Nya!
Apakah kalian akan keluar atau aku akan membakar rumah (ini).” Seseorang
berkata kepada Umar, “Wahai Aba Hafs (julukan Umar) dalam rumah ini ada
Fatimah, putri Rasulullah.” Umar menjawab: “Sekalipun.”!![3]
Ibnu Qutaibah sebagai kelanjutan kisah ini, menulis lebih mengerikan,
“Umar disertai sekelompok orang mendatangi rumah Fatimah. Ia mengetuk
rumah. Tatkala Fatimah mendengar suara mereka, berteriak keras: “Duhai
Rasulullah! Selepasmu alangkah besarnya musibah yang ditimpakan putra
Khattab dan putra Abi Quhafah kepada kami.” Tatkala orang-orang yang
menyertai Umar mendengar suara dan jerit tangis Fatimah, maka mereka
memutuskan untuk kembali namun Umar tinggal disertai sekelompok orang
dan menyeret Ali keluar rumah dan membawanya ke hadapan Abu Bakar dan
berkata kepadanya, “Berbaiatlah.” Ali berkata, “Apabila Aku tidak
memberikan baiat lantas apa yang akan terjadi?” Orang-orang berkata,
“Demi Allah yang tiada tuhan selain-Nya, kami akan memenggal kepalamu.”[4]
Tentu saja penggalan sejarah ini sangat berat dan pahit bagi mereka
yang mencintai syaikhain (dua orang syaikh, Abu Bakar dan Umar). Karena
itu, mereka meragukan kitab ini sebagai karya Ibnu Qutaibah. Padahal
Ibnu Abil Hadid, guru sejarah ternama, memandang bahwa kitab ini
merupakan karya Ibnu Qutaibah dan senantiasa menukil hal-hal di atas.
Namun amat disayangkan kitab ini telah mengalami distorsi dan sebagian
hal telah dihapus tatkala dicetak sementara hal yang sama disebutkan
dalam Syarh Nahj al-Balâghah karya Ibnu Abil Hadid.
Zarkili menegaskan bahwa kitab “Al-Imâmah wa al-Siyâsah” ini
merupakan karya Ibnu Qutaibah dan mengimbuhkan bahwa sebagian memiliki
pendapat terkait dengan masalah ini. Artinya keraguan dan sangsi
disandarkan kepada orang lain bukan kepada mereka, sebagaimana Ilyas
Sarkis[5] memandang bahwa kitab ini merupakan salah satu karya Ibnu Qutaibah.
4. Thabari dan kitab “Târikh”
Muhammad bin Jarir Thabari (W 310 H) dalam Târikh-nya peristiwa penyerangan ke rumah wahyu menjelaskan demikian:
Umar bin Khattab mendatangi rumah Ali bin Abi Thalib sementara
sekelompok orang-orang Muhajir berkumpul di tempat itu. Umar berkata
kepada mereka: “Demi Allah! Saya akan membakar rumah ini kecuali kalian
keluar untuk memberikan baiat.” Zubair keluar dari rumah sembari membawa
pedang terhunus, tiba-tiba kakinya terjungkal dan pedangnya terjatuh.
Dalam kondisi ini, orang lain menyerangnya dan mengambil pedang darinya.[6]
Penggalan sejarah ini merupakan sebuah indikator bahwa pengambilan
baiat dilakukan dengan intimidasi dan ancaman. Seberapa nilai baiat
semacam ini? Kami persilahkan Anda untuk menjawabnya sendiri.
5. Ibnu Abdurabih dan kitab “Al-‘Aqd al-Farid”
Syihabuddin Ahmad yang lebih dikenal dengan Ibnu Abdurabih Andalusi
(463 H) penulis kitab al-Aqd al-Farid dalam kitabnya menulis sebuah
pembahasan rinci terkait dengan sejarah Saqifah dengan judul
“Orang-orang yang menentang baiat kepada Abu Bakar.” Berikut tulisannya,
“Ali, Abbas dan Zubair duduk di rumah Fatimah dimana Abu Bakar mengutus
Umar bin Khattab untuk mengeluarkan mereka dari rumah Fatimah. Ia
berkata kepadanya, “Apabila mereka tidak keluar, maka berperanglah
dengan mereka! Dan ketika itu, Umar bin Khattab bergerak menuju ke rumah
Fatimah dengan membawa api untuk membakar rumah tersebut. Dalam kondisi
seperti ini, ia berjumpa dengan Fatimah. Putri Rasulullah Saw berkata,
“Wahai putra Khattab! Kau datang untuk membakar (rumah) kami. Ia
menjawab: “Iya. Kecuali kalian memasuki apa yang telah dimasuki umat![7]
Kiranya kami cukupkan sampai di sini penggalan kisah tentang adanya
keinginan untuk menyerang rumah Fatimah. Sekarang mari kita mengulas
pembahasan kedua kita yang menunjukkan alasan adanya niat untuk
menyerang ini.
Apakah penyerangan itu benar-benar terjadi?
Di sini ucapan-ucapan kelompok yang hanya menyinggung niat buruk
khalifah dan para pendukungnya berakhir sampai di sini saja. Sebuah
kelompok yang tidak ingin atau tidak mampu menyuguhkan laporan tragedi
yang terjadi dengan jelas, sementara sebagian kelompok menyinggung inti
tragedi yaitu penyerangan terhadap rumah dan sebagainya, sehingga
tersingkap kedok yang sebenarnya meski pada tingkatan tertentu. Di sini
kami akan menyebutkan beberapa referensi terkait dengan penyerangan dan
penodaan kehormatan (pada bagian ini juga dalam mengutip beberapa
literatur dan referensi ghalibnya dengan memperhatikan urutan masa
penulis atau sejarawan):
1. Abu Ubaid dan kitab “Al-Amwâl”
Abu Ubaid Qasim bin Salam (W 224 H) dalam kitabnya “Al-Amwâl” yang
menjadi sandaran para juris Islam menukil: “Abdurrahman bin Auf berkata,
“Aku datang ke rumah Abu Bakar untuk membesuknya yang tengah sakit.
Setelah berbicara panjang-lebar, ia berkata: “Saya berharap kiranya saya
tidak melakukan tiga perbuatan yang telah saya lakukan. Demikian juga
saya berharap saya bertanya tiga hal kepada Rasulullah Saw. Adapun tiga
hal yang telah saya lakukan dan saya berharap kiranya saya tidak
melakukannya adalah: “Kiranya saya tidak menodai kehormatan rumah
Fatimah dan membiarkanya begitu saja meski pintunya tertutup untuk
(siap-siap) perang.”[8]
Abu Ubaid tatkala sampai pada redaksi ini, tatkala sampai pada
redaksi ini, alih-alih menulis “Lam aksyif baita Fatima wa taraktuhu…”
Ia malah menulis, “kadza..kadza..” dan menambahkan bahwa saya tidak
ingin menyebutkannya!
Namun kapan saja Abu Ubaid berdasarkan fanatisme mazhab atau alasan
lainnya menolak untuk menukil kebenaran dan hakikat ini; namun para
peneliti kitab al-Amwâl menulis pada catatan kaki: Redaksi kalimatnya
telah dihapus dan disebutkan pada kitab “Mizân al-I’tidâl” (sebagaimana
yang telah dijelaskan). Di samping itu, Thabarani dalam “Mu’jam” dan
Ibnu Abdurrabih dalam “Aqd al-Farid” dan lainnya menyebutkan redaksi
kalimat yang telah dihapus itu. (Perhatikan baik-baik)
2. Thabarani dan kitab “Mu’jam al-Kabir”
Abu al-Qasim Sulaiman bin Ahmad Thabarani (260-360 H) dimana Dzahabi
bercerita tentangnya dalam Mizân al-I’tidâl: Ia adalah seorang yang
dapat dipercaya.[9]
Dalam kitab al-Mu’jam al-Kabir yang berulang kali telah dicetak,
terkait dengan Abu Bakar, khutbah-khutbah dan wafatnya, Thabarani
menyebutkan: “Abu Bakar sebelum wafatnya ia berharap dapat melakukan
beberapa hal. Kiranya saya tidak melakukan tiga hal. Kiranya saya
melakukan tiga hal. Kiranya saya bertanya tiga hal kepada Rasulullah.
Ihwal tiga perkara yang dilakukan dan berharap kiranya tidak
dilakukannya, Abu Bakar menuturkan, “Saya berharap saya tidak melakukan
penodaan atas kehormatan rumah Fatimah dan membiarkannya begitu saja![10] Redaksi-redaksi ini dengan baik menunjukkan bahwa ancaman Umar itu terlaksana.
3. Ibnu Abdurrabih dan “Aqd al-Farid”
Ibnu Abdurrabih Andalusi (W 463 H) penulis kitab “Aqd al-Farid” dalam
kitabnya menukil dari Abdurrahman bin Auf: ““Aku datang ke rumah Abu
Bakar untuk membesuknya yang tengah sakit. Setelah berbicara
panjang-lebar, ia berkata: “Saya berharap kiranya saya tidak melakukan
tiga perbuatan yang telah saya lakukan. Salah satu dari tiga hal
tersebut adalah. Kiranya saya tidak menodai kehormatan rumah Fatimah dan
membiarkanya begitu saja meski pintunya tertutup untuk (siap-siap)
perang.”[11] Dan juga nama-nama dan ucapan-ucapan orang-orang yang menukil ucapan khalifah ini akan disebutkan bagian mendatang.
4. Nazzham dan “Al-Wâfi bi al-Wafâyât”
Ibrahim bin Sayyar Nazzham Muktalizi (160-231) yang lantaran
keindahan tulisannya dalam puisi dan prosa sehingga ia dikenal sebagai
Nazzham. Dalam beberapa kitab menukil tragedi pasca hadirnya beberapa
orang di rumah Fatimah As. Ia berkata, “Umar, pada hari pengambilan
baiat untuk Abu Bakar, memukul perut Fatimah dan ia keguguran seorang
putra yang diberi nama Muhsin yang ada dalam rahimnya.”[12] (Perhatikan baik-baik)
5. Mubarrad dan kitab “Kâmil”
Muhammad bin Yazid bin Abdulakbar Baghdadi (210-285), seorang
sastrawan, penulis terkenal dan pemilik karya-karya terkemuka, dalam
kitab “Al-Kâmil”-nya, mengutip kisah harapan-harapan khalifah dari
Abdurrahman bin Auf. Ia menyebutkan, “Saya berharap kiranya saya tidak
menyerang rumah Fatimah dan membiarkannya begitu saja pintunya (meski)
tertutup untuk (siap-siap) perang.”[13]
6. Mas’udi dan “Murûj al-Dzahab”
Mas’udi (W 325 H) dalam Murûj al-Dzahab menulis: “Tatkala Abu Bakar
menjelang wafatnya berkata demikian, “Tiga hal yang saya lakukan dan
berharap kiranya saya tidak melakukannya. Salah satunya adalah: Saya
berharap kiranya saya tidak menodai kehormatan rumah Fatimah. Hal ini
banyak (kali) ia sebutkan.”[14]
Mas’udi meski ia memiliki kecendrungan yang baik kepada Ahlulbait
namun sayang ia menghindar untuk mengungkap ucapan khalifah dan
menyampaikannya dengan bahasa kiasan. Akan tetapi Tuhan mengetahui dan
hamba-hamba Tuhan juga secara global mengetahui hal ini!
7. Ibnu Abi Daram dalam Mizân al-I’tidâl
Ahmad bin Muhammad yang dikenal sebagai “Ibnu Abi Daram” ahli hadis
Kufa (W 357 H), adalah seseorang yang dikatakan oleh Muhammad bin Ahmad
bin Himad Kufah: “Ia adalah orang yang menghabiskan seluruh hidupnya di
jalan lurus.”
Dengan memperhatikan martabat ini, ia menukil bahwa di hadapannya
berita ini dibacakan, “Umar menendang Fatimah dan ia keguguran seorang
putra bernama Muhsin yang ada dalam rahimnya![15] (Perhatikan baik-baik)
8. Abdulfatah Abdulmaqshud dan kitab “Al-Imâm Ali”
Ia menyebutkan dua hal terkait dengan penyerangan ke rumah wahyu dan
kita hanya menukil satu darinya: “Demi (Dzat) yang jiwa Umar berada di
tangan-Nya. Apakah kalian keluar atau aku akan membakar rumah ini
(berikut penghuninya). Sebagian orang yang takut (kepada Allah) dan
menjaga kedudukan Rasulullah Saw dari akibat perbuatan ini, mereka
berkata: “Aba Hafs, Fatimah dalam rumah ini.” Tanpa takut, Umar
berteriak: “Sekalipun!! Ia mendekat, mengetuk pintu, kemudian menggedor
pintu dengan tangan dan kaki untuk masuk ke dalam rumah secara paksa.
Ali As muncul.. pekik jeritan suara Zahra kedengaran di dekat tempat
masuk pintu rumah… suara ini adalah suara meminta pertolongan..”[16]
Kami ingin mengakhiri pembahasan ini dengan satu hadis lainnya dari
“Maqatil Ibnu ‘Athiyyah” dalam kitab al-Imâmah wa al-Siyâsah (Meski
masih banyak yang belum diungkap di sini!)
Ia menulis dalam kitab ini sebagai berikut:
“Tatkala Abu Bakar mengambil baiat dari orang-orang dengan ancaman, pedang dan paksaan, Umar, mengirim Qunfudz dan sekelompok orang ke rumah Ali dan Fatimah As dan Umar mengumpulkan kayu bakar dan membakar pintu rumah…”[17]
Untuk diketahui bahwa di bawah riwayat ini terdapat beberapa ungkapan yang tidak dapat dituliskan di sini.
Kesimpulan
Apakah dengan seluruh referensi dan literatur jelas yang umumnya dari
literatur-literatur Ahlusunnah mereka masih berkata-kata bahwa syahâdah
Hadhrat Fatimah itu sebagai mitos dan legenda..” Dimana sikap fair
Anda? Pasti setiap orang yang membaca pembahasan pendek ini dengan
bersandar pada beberapa referensi jelas memahami prahara yang terjadi
pasca wafatnya Rasulullah Saw. Untuk sampai pada kekuasaan dan khilafah
apa yang telah mereka lakukan. Hal ini merupakan penuntasan hujjah Ilahi
(itmâm al-hujjah) bagi seluruh pemikir bebas yang jauh dari sikap
fanatik. Lantaran kami tidak menulis sesuatu dari kami sendiri, apa
pun yang kami tulis semuanya dari literatur-literatur yang mereka terima
sendiri.[18] [IQuest]
[1]. Ibnu Abi Saibah, al-Musannif, 8/572, Kitab al-Maghazi:
« انّه حین بویع لأبی بکر بعد رسول اللّه(صلى الله علیه وآله) کان علی و الزبیر یدخلان على فاطمة بنت رسول اللّه، فیشاورونها و یرتجعون فی أمرهم. فلما بلغ ذلک عمر بن الخطاب خرج حتى دخل على فاطمة، فقال: یا بنت رسول اللّه(صلى الله علیه وآله) و اللّه ما أحد أحبَّ إلینا من أبیک و ما من أحد أحب إلینا بعد أبیک منک، و أیم اللّه ما ذاک بمانعی إن اجتمع هؤلاء النفر عندک أن امرتهم أن یحرق علیهم البیت. قال: فلما خرج عمر جاؤوها، فقالت: تعلمون انّ عمر قد جاءَنى، و قد حلف باللّه لئن عدتم لیُحرقنّ علیکم البیت، و أیم اللّه لَیمضین لما حلف علیه.»
« انّه حین بویع لأبی بکر بعد رسول اللّه(صلى الله علیه وآله) کان علی و الزبیر یدخلان على فاطمة بنت رسول اللّه، فیشاورونها و یرتجعون فی أمرهم. فلما بلغ ذلک عمر بن الخطاب خرج حتى دخل على فاطمة، فقال: یا بنت رسول اللّه(صلى الله علیه وآله) و اللّه ما أحد أحبَّ إلینا من أبیک و ما من أحد أحب إلینا بعد أبیک منک، و أیم اللّه ما ذاک بمانعی إن اجتمع هؤلاء النفر عندک أن امرتهم أن یحرق علیهم البیت. قال: فلما خرج عمر جاؤوها، فقالت: تعلمون انّ عمر قد جاءَنى، و قد حلف باللّه لئن عدتم لیُحرقنّ علیکم البیت، و أیم اللّه لَیمضین لما حلف علیه.»
[2]. Ansab al-Asyrâf, 1/582, Dar Ma’arif, Kairo:
«انّ أبابکر أرسل إلى علىّ یرید البیعة فلم یبایع، فجاء عمر و معه فتیلة! فتلقته فاطمة على الباب. فقالت فاطمة: یابن الخطاب، أتراک محرقاً علىّ بابى؟ قال: نعم، و ذلک أقوى فیما جاء به أبوک…»
«انّ أبابکر أرسل إلى علىّ یرید البیعة فلم یبایع، فجاء عمر و معه فتیلة! فتلقته فاطمة على الباب. فقالت فاطمة: یابن الخطاب، أتراک محرقاً علىّ بابى؟ قال: نعم، و ذلک أقوى فیما جاء به أبوک…»
[3]. Al-Imâmah wa al-Siyâsah, hal. 12, Maktab Tijariyah Kubra, Mesir:
« انّ أبابکر رضی اللّه عنه تفقد قوماً تخلّقوا عن بیعته عند علی کرم اللّه وجهه فبعث إلیهم عمر فجاء فناداهم و هم فی دار على، فأبوا أن یخرجوا فدعا بالحطب و قال: والّذی نفس عمر بیده لتخرجن أو لاحرقنها على من فیها، فقیل له: یا أبا حفص انّ فیها فاطمة فقال، و إن!! »
« انّ أبابکر رضی اللّه عنه تفقد قوماً تخلّقوا عن بیعته عند علی کرم اللّه وجهه فبعث إلیهم عمر فجاء فناداهم و هم فی دار على، فأبوا أن یخرجوا فدعا بالحطب و قال: والّذی نفس عمر بیده لتخرجن أو لاحرقنها على من فیها، فقیل له: یا أبا حفص انّ فیها فاطمة فقال، و إن!! »
[4]. Al-Imâmah wa al-Siyâsah, hal. 13, Maktab Tijariyah Kubra, Mesir:
« ثمّ قام عمر فمشى معه جماعة حتى أتوا فاطمة فدقّوا الباب فلمّا سمعت أصواتهم نادت بأعلى صوتها یا أبتاه رسول اللّه ماذا لقینا بعدک من ابن الخطاب، و ابن أبی قحافة فلما سمع القوم صوتها و بکائها انصرفوا. و بقی عمر و معه قوم فأخرجوا علیاً فمضوا به إلى أبی بکر فقالوا له بایع، فقال: إن أنا لم أفعل فمه؟ فقالوا: إذاً و اللّه الّذى لا إله إلاّ هو نضرب عنقک…!»
« ثمّ قام عمر فمشى معه جماعة حتى أتوا فاطمة فدقّوا الباب فلمّا سمعت أصواتهم نادت بأعلى صوتها یا أبتاه رسول اللّه ماذا لقینا بعدک من ابن الخطاب، و ابن أبی قحافة فلما سمع القوم صوتها و بکائها انصرفوا. و بقی عمر و معه قوم فأخرجوا علیاً فمضوا به إلى أبی بکر فقالوا له بایع، فقال: إن أنا لم أفعل فمه؟ فقالوا: إذاً و اللّه الّذى لا إله إلاّ هو نضرب عنقک…!»
[5]. Mu’jam al-Mathbu’ât al-Arabiyah, 1/212.
[6]. Târikh Thabari, 2/443:
« أتى عمر بن الخطاب منزل علی و فیه طلحة و الزبیر و رجال من المهاجرین، فقال و اللّه لاحرقن علیکم أو لتخرجنّ إلى البیعة، فخرج علیه الزّبیر مصلتاً بالسیف فعثر فسقط السیف من یده، فوثبوا علیه فأخذوه.»
« أتى عمر بن الخطاب منزل علی و فیه طلحة و الزبیر و رجال من المهاجرین، فقال و اللّه لاحرقن علیکم أو لتخرجنّ إلى البیعة، فخرج علیه الزّبیر مصلتاً بالسیف فعثر فسقط السیف من یده، فوثبوا علیه فأخذوه.»
[7]. Aqd al-Farid, 4/93, Maktabatu Hilal:
.« فأمّا علی و العباس و الزبیر فقعدوا فی بیت فاطمة حتى بعثت إلیهم أبوبکر، عمر بن الخطاب لیُخرجهم من بیت فاطمة و قال له: إن أبوا فقاتِلهم، فاقبل بقبس من نار أن یُضرم علیهم الدار، فلقیته فاطمة فقال: یا ابن الخطاب أجئت لتحرق دارنا؟! قال: نعم، أو تدخلوا فیما دخلت فیه الأُمّة!»
.« فأمّا علی و العباس و الزبیر فقعدوا فی بیت فاطمة حتى بعثت إلیهم أبوبکر، عمر بن الخطاب لیُخرجهم من بیت فاطمة و قال له: إن أبوا فقاتِلهم، فاقبل بقبس من نار أن یُضرم علیهم الدار، فلقیته فاطمة فقال: یا ابن الخطاب أجئت لتحرق دارنا؟! قال: نعم، أو تدخلوا فیما دخلت فیه الأُمّة!»
[8]. Al-Amwâl,
Catatan Kaki 4, Nasyr Kulliyat Azhariyah, al-Amwal, hal. 144, Beirut
dan juga dinukil Ibnu Abdurrabih dalam Aqd al-Farid, 4/93:
« وددت انّی لم أکشف بیت فاطمة و ترکته و ان اغلق على الحرب»
« وددت انّی لم أکشف بیت فاطمة و ترکته و ان اغلق على الحرب»
[9]. Mizân al-I’tidâl, jil. 2, hal. 195.
[10]. Mu’jam Kabir Thabarani, 1/62, Hadis 34, Tahqiq Hamdi Abdulmajid Salafi:
« أمّا الثلاث اللائی وددت أنی لم أفعلهنّ، فوددت انّی لم أکن أکشف بیت فاطمة و ترکته. »
« أمّا الثلاث اللائی وددت أنی لم أفعلهنّ، فوددت انّی لم أکن أکشف بیت فاطمة و ترکته. »
[11]. Aqd al-Farid, 4/93, Maktabatu al-Hilal:
« وودت انّی لم أکشف بیت فاطمة عن شی و إن کانوا اغلقوه على الحرب.»
« وودت انّی لم أکشف بیت فاطمة عن شی و إن کانوا اغلقوه على الحرب.»
[12]. Al-Wâfi bil Wafâyât, 6/17, No. 2444. Al-Milal wa al-Nihal, Syahrastani, 1/57, Dar al-Ma’rifah, Beirut. Dan pada terjemahan Nazzham silahkan lihat, Buhuts fi al-Milal wa al-Nihal, 3/248-255.
« انّ عمر ضرب بطن فاطمة یوم البیعة حتى ألقت المحسن من بطنها.»
« انّ عمر ضرب بطن فاطمة یوم البیعة حتى ألقت المحسن من بطنها.»
[13]. Syarh Nahj al-Balâghah, 2/46-47, Mesir:
« وددت انّی لم أکن کشفت عن بیت فاطمة و ترکته ولو أغلق على الحرب.»
« وددت انّی لم أکن کشفت عن بیت فاطمة و ترکته ولو أغلق على الحرب.»
[14]. Muruj al-Dzahab, 2/301, Dar Andalus, Beirut:
« فوددت انّی لم أکن فتشت بیت فاطمة و ذکر فی ذلک کلاماً کثیراً! »
« فوددت انّی لم أکن فتشت بیت فاطمة و ذکر فی ذلک کلاماً کثیراً! »
[15]. Mizân al-I’tidâl, 3/459:
«انّ عمر رفس فاطمة حتى أسقطت بمحسن.»
«انّ عمر رفس فاطمة حتى أسقطت بمحسن.»
[16]. Abdulfattah Abdulmaqshud, ‘Ali bin Abi Thalib, 4/276-277:
« و الّذی نفس عمر بیده، لیَخرجنَّ أو لأحرقنّها على من فیها…! قالت له طائفة خافت اللّه، و رعت الرسول فی عقبه: یا أبا حفص، إنّ فیها فاطمة…! فصاح لایبالى: و إن..! و اقترب و قرع الباب، ثمّ ضربه و اقتحمه… و بداله علىّ… و رنّ حینذاک صوت الزهراء عند مدخل الدار… فان هى الا طنین استغاثة…»
« و الّذی نفس عمر بیده، لیَخرجنَّ أو لأحرقنّها على من فیها…! قالت له طائفة خافت اللّه، و رعت الرسول فی عقبه: یا أبا حفص، إنّ فیها فاطمة…! فصاح لایبالى: و إن..! و اقترب و قرع الباب، ثمّ ضربه و اقتحمه… و بداله علىّ… و رنّ حینذاک صوت الزهراء عند مدخل الدار… فان هى الا طنین استغاثة…»
[17]. Maqatil ibn ‘Athiyyah, Kitâb al-Imâmah wa al-Khilâfah,
hal. 160-161, diterbitkan dengan kata pengantar Dr. Hamid Daud, dosen
Universitas ‘Ain al-Syams, Kairo, Cetakan Beirut, Muassasah al-Balagh:
« ان ابابکر بعد ما اخذ البیعة لنفسه من الناس بالارهاب و السیف و
القوّة ارسل عمر، و قنفذاً و جماعة الى دار علىّ و فاطمه(علیه السلام) و
جمع عمر الحطب على دار فاطمه و احرق باب الدار!..»
Tidak ada komentar:
Posting Komentar