1. Hadis tentang Rasul tidak mau bersaksi kepada Abubakar
sebagaimana beliau bersaksi pada para syuhada di perang uhud. Rasul saw
kemudian berkata kepada Abubakar : “Sungguh aku tidak tahu apa
yang akan kau lakukan sepeninggalku”. Dan kemudian Abubakar menangis.
Referensi Ahlusunnah : Imam Malik, dalam “Al-Muwatta’”, kitab “Jihad”. [Lihat Catatan Kaki no. 38]
2. Allah mengancam menggugurkan amal Abubakar dan Umar.
Allah berfirman dalam [Q.S. Al-Hujurat 2], tentang larangan untuk
meninggikan suara melebihi suara Rasul saww, dan Allah mengancam
menggugurkan amal orang yang melakukannya. Asbabun nuzul Ayat ini
adalah Abubakar dan Umar yang saling berdebat dengan suara keras di
hadapan Rasul saw.
Referensi Ahlusunnah :
a. Shahih Bukhari, juz 3, kitab “Al-Maghazi”, bab “Waqd Bani Tamim”. [Lihat Catatan Kaki no. 39]
b. KH. Saleh (dan kawan-kawan), dalam “Asbabun Nuzul”, Penerbit CV. Diponegoro, Bandung.
3. Abubakar dan Umar telah melarikan diri dari perang Uhud, Khaibar
dan Hunain. Padahal Allah murka kepada mereka yang lari dari perang
sebagaimana Firman-Nya pada [ Q.S. Al-Anfaal 15-16 ].
Lihat juga [Q.S. Ali Imran 153], tentang kejadian perang Uhud dimana
sebagian sahabat lari meninggalkan Rasul saw, sebagai berikut :
“(Ingatlah) ketika kalian lari dan tidak menoleh kepada seorangpun,
sedang Rasul yang berada di antara kawan-kawan kalian yang lain,
memanggil kalian…”.
Referensi Ahlusunnah : Haikal, “Hayat Muhammad”, bab “perang uhud” dan “perang khaibar”.,,Al-Waqidi, dalam “Al-Maghazi”.
c. Sirah Ibn Hisyam, Jilid 4, bab “Perang Uhud”. [Lihat Catatan Kaki no. 13].
d. ibn Hajar, dalam “Al-Ishabah”, jilid 3, hal. 108, pada muntakhab “Al-Isti’ab”.
e. Sirah Al-Halabiyah, pada bab “Perang Hunain” dan “Perang Khaibar”.
Setelah peristiwa fadak , Abubakar dan Umar berkunjung ke rumah
Fatimah as, dikarenakan mereka merasa telah menyakiti beliau as.
Kemudian Fatimah as berkata : ”Apakah kalian tidak mendengar Rasul saww
bersabda ‘Keridhoan Fatimah adalah keridhoanku, Kemurkaan Fatimah adalah
kemurkaanku. Barangsiapa mencintai Fatimah, puteriku, berarti
mencintaiku dan barangsiapa membuat Fatimah murka berarti membuat aku
murka’ ?”
Mereka berdua menjawab : “Ya, kami telah mendengarnya dari Rasulullah”.
Fatimah as berkata : “Aku bersaksi kepada Allah dan para
malaikat-Nya, sesungguhnya kalian berdua telah membuat aku marah dan
kalian berdua membuat aku tidak ridho. Seandainya aku bertemu Nabi saww
nanti, aku akan mengadu kepada beliau tentang kalian berdua”.
Kemudian Fatimah as berkata kepada Abubakar : “Demi Allah, sungguh aku akan mengadukan engkau kepada Allah di setiap sholatku”.
Ref. Ahlusunnah :
a Ibn Qutaibah, dalam “Al-Imamah Was Siyasah”, hal. 14.
b. Ibn Qutaibah, dalam “Khulafaur Rasyidin”, hal. 13-14.
Dan Fatimah as tidak berbicara dengan Abubakar sampai wafatnya. Dalam
riwayat lain dikatakan bahwa Fatimah as bersumpah untuk tidak berbicara
selama-lamanya dengan Abubakar dan Umar. Dan Fatimah as dikuburkan
secara diam-diam pada malam hari.
Ref. Ahlusunnah :
a. Shahih Bukhari, juz 3, kitab “Al-Maghazi”, bab “Perang Khaibar”.
b. Al-Hakim, dalam Mustadrak, jilid 3, saat menceritakan wafatnya Fatimah.
c. Ibnu Sa’ad, dalam “Thabaqat”, jilid 2, bab 2, hal. 84.
d4. Muttaqi Al-Hindi, dalam “Kanzul Ummal”, jilid 7, hadits no 18769.
e. Thahawi, dalam “Musykil Al-Atsar”, jilid 1, hal. 48. dll
….
Di Mata Imam Ali as. Dan Abbas ra. Abu Bakar&Umar adalah Pembohong, Pendosa, Penipu dan Pengkhianat!
Pendahuluan:
Di antara perkara menarik untuk dikaji adalah sikap dan penilaian
Imam Bukhari dan Imam Muslim terhadap kedudukan Abu Bakar dan Umar.
Mengakaji sikap dan pandangan mereka terhadap kedua tokoh sahabat itu
dapat ditelusuri melalui hadis-hadis/riwayat-riwayat yang mereka
abadikan dalam kitab Shahih mereka setelah menyeleksinya dari ratusan
ribu hadis shahih yang mereka berdua hafal atau riwayatkan dari
syeikh-syeikh/guru-guru mereka berdua!
Dalam kajian ini pembaca kami ajak meneliti sikap Imam Bukhari dan
Muslim terhadap Abu Bakar dan Umar, baik di masa hidup Nabi saw. ataupun
setelah wafat beliau dalam sikap mereka ketika menjabat selaki
Khalifah!
Sengketa Antara Abu Bakar dan Fatimah as. –Putri Tercinta Rasulullah saw. –
Di antara lembaran hitam sejarah umat Islam yang tak dapat dipungkiri
adalah terjadinya sengketa antara Fatimah as. –selaku ahli waris Nabi
saw.– dan Abu Bakar selaku penguasa terkait dengan tanah Fadak dan beberapa harta waris yang ditinggalkan Nabi saw.
Menolak adanya sengketa dalam masalah ini bukan sikap ilmiah! Ia
hanya sikap pengecut yang ingin lari dari kenyataan demi mencari
keselamatan dikarenakan tidak adanya keberanian dalam menentukan sikap
membela yang benar dan tertindas dan menyalahkan yang salah dan
penindas!
Data-data akurat telah mengabadikan sengketa tersebut! Karena deras
dan masyhurnya kenyataaan itu sehingga alat penyaring Imam Bukhari dan
Muslim tak mampu menyaringnya! Atau bisa jadi sangking shahihnya hadis
tentangnya sehingga Imam Bukhari dan Muslim –sebagai penulis kitab hadis
paling selektif pun- menshahihkannya dan kemudian mengoleksinya dalam
kedua kitab hadis Shahih mereka!
Dalam kali ini kami tidak hendak membicarakan kasus sengketa tanah
Fadak secara rinci. Akan tetapi kami hanya akan menyoroti “argumentasi
dadakan” yang diajukan Abu Bakar secara spontan demia melegalkan
perampasan tanah Fadak! Argumentas Abu Bakar tersebut adalah “hadis
Nabi” yang kemudian menjadi sangat masyhur di kalangan para pembela Abu
Bakar! Hadis tersebut adalah hadis “Kami para nabi tidak diwarisi, apa-apa yang kami tinggalkan adalah shadaqah.”[1]
Setelah dilontarkan pertama kali oleh Abu Bakar secara dadakan di
hadapan argumentasi qur’ani yang diajukan putri kenabian; Fatimah az
Zahra as., hadis itu menerobos mencari posisi sejajar dengan sabda-sabda
suci Nabi saw. lainnya. Tidak penting sekarang bagi kita untuk menyimak
penilaian para pakar hadis atau lainnya tentang status hadis tersebut!
Apakah ia benar sabda suci Nabi saw. atau ia sekedar akala-akalan Abu
Bakar saja demi melegetimasi perampasan tanah Fadak!
Yang penting bagi kita sekarang bagaimana sikap Imam Ali as. dalam
menyikapi Abu Bakar yang membawa-bawa nama Nabi saw. dalam hadis itu!
Abu Bakar Kâdzib!
Imam Bukhari dan Imam Muslim keduanya melaporkan dengan beberapa
jalur yang meyakinkan bahwa segera setalah Abu Bakar melontarkan hadis
itu dan dengannya ia melegalkan perampasan tanah Fadak, Imam Ali as.
menegaskan bahwa Abu Bakar telah berbohong atas nama Rasulullah saw.
dalam hadis tersebut!
Di bawah ini kami sebutkan hadis panjang riwayat Bukhari dan Muslim
yang melaporkan pengaduan/sengketa antara Abbas dan Imam Ali as. di
hadapan Umar –semasa menjabat sebagai Khalifah:
فلما توفي رسول الله صلى الله عليه وسلم قال أبو بكر: أنا وليُّ رسول الله صلى الله عليه وسلم، فجئتما تطلب ميراثك كن ابن أخيك و يطلب هذا ميراث إمرأته من أبيها فقال أبو بكر: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: ما نورث ما تركنا صدقة! فرأيتماه كاذبا آثما غادرا خائنا والله يعلم أنه فيها صادق بار راشد تابع للحق…..
“… Dan ketika Rasulullah saw. wafat, Abu Bakar berkata, ‘Aku adalah walinya Rasulullah, lalu kalian berdua (Ali dan Abbas) dating menuntut warisanmu dari anak saudaramu dan yang ini menuntut bagian warisan istrinya dari ayahnya. Maka Abu Bakar berkata, ‘Rasulullah saw. bersabda: “Kami tidak diwarisi, apa- apa yang kami tinggalkan adalah shadaqah.”, lalu kalian berdua memandangnya sebagai pembohong, pendosa, penipu dan pengkhianat. Demi Allah ia adalahseorang yang jujur, bakti, terbimbing dan mengikuti kebenaran. Kemudian Abu Bakar wafat dan aku berkata, ‘Akulah walinya Rasulullah saw. dan walinya Abu Bakar, lalu kalian berdua memandangku sebagai pembohong, pendosa, penipu dan pengkhianat…. “ (HR. Muslim, Kitab al Jihâd wa as Sair, Bab Hukm al Fai’,5/152)
Imam Bukhari Merahasiakan Teks Sabda Nabi saw.!
Dalam hadis shahih di atas jelas sekali ditegaskan bahwa Imam Ali as.
dan Abbas ra. paman Nabi saw. telah menuduh Abu Bakar dan Umar yang
merampas seluruh harta warisan Nabi saw. dari ahli waris belaiu dengan
membawa-bawa hadis palsu atas nama Nabi saw. sebagai:
- Pembohong/Kâdziban.
- Pendosa/Atsiman.
- Penipu/Ghadiran.
- Pengkhianat/Khâinan.
Kenyataan ini sangat lah jelas, tidak ada peluang untuk dita’lilkan
dengan makna-makna pelesetan yang biasa dilakukan sebagian ulama ketika
berhadapaan dengan redaksi yang agak semu! Karenanya Imam Bukhari dengan
terpaksa, -agar kaum awam, mungkin termasuk Anda yang sedang membaca
artikel ini tidak menodai kesucian fitrahnya dengan mengetahui kenyataan
mengerikan ini; yaitu kejelekan pandangan Imam Ali as. dan Abbas ra.
terhadap Abu Bakar dan Umar- maka ia (Bukhari) merahasiakan data yang
dapat mencoreng nama harum Abu Bakar dan Umar!
Mungkin niat Imam Bukhari baik! Demi menjaga kemantapan akidah Anda agar tidak diguncang oleh waswasil khanâs!
Ketika sampai redaksi ini:
…. ثم توفى الله نبيه صلى الله عليه وسلم فقال أبو بكر أنا ولي رسول الله فقبضها أبو بكر يعمل فيها بما عمل به فيها رسول الله صلى الله عليه وسلم وأنتما حينئذ وأقبل على علي وعباس تزعمان أن أبا بكر كذا وكذا والله يعلم أنه فيها صادق بار راشد تابع للحق ثم توفى الله أبا بكر فقلت أنا ولي رسول الله صلى الله عليه وسلم وأبي بكر فقبضتها سنتين أعمل فيها بما عمل رسول الله صلى الله عليه وسلم وأبو بكر ثم جئتماني وكلمتكما واحدة وأمركما جميع جئتني تسألني نصيبك من ابن أخيك وأتى هذا يسألني نصيب امرأته من أبيها فقلت إن شئتما دفعته إليكما على أن عليكما عهد الله وميثاقه لتعملان فيها بما عمل به رسول الله صلى الله عليه وسلم وبما عمل به فيها أبو بكر وبما عملت به فيها منذ وليتها وإلا فلا تكلماني فيها فقلتما ادفعها إلينا بذلك فدفعتها إليكما بذلك أنشدكم بالله هل دفعتها إليهما بذلك فقال الرهط نعم قال فأقبل على علي وعباس فقال أنشدكما بالله هل دفعتها إليكما بذلك قالا نعم قال أفتلتمسان مني قضاء غير ذلك فوالذي بإذنه تقوم السماء والأرض لا أقضي فيها قضاء غير ذلك حتى تقوم الساعة فإن عجزتما عنها فادفعاها فأنا أكفيكماها
… lalu kalian berdua memandangnya sebagai pembohong, pendosa, penipu dan pengkhianat,
Imam Bukhari –dan tentunya setelah shalat dua rakaat mencari wangsit
dari Allah SWT. ia menghapus redaksi tersebut dan mengantinya dengan: lalu kalian berdua memandangnya sebagai begini dan begitu![2]
Sebuah teka teki yang pasti membuat Anda bertanya-tanya, apa ya seperti itu dahulu ketika Umar mengatakannya?!
(HR. Bukhari,6/191, Kitab an Nafaqât/Nafkah, Bab Habsu ar Rajuli Qûta Sanatihi/ Seorang menahan kebuhutan pangan setahunya)
Dan dalam banyak tempat lainnya, secara total Imam Bukahri menghapus
penegasan sikap Imam Ali as. dan Abbas ra., ia tidak menyebut-nyebutnya
sama sekali! Seperti dalam:
1) Bab Fardhu al Khumus/Kewajiban Khumus,4/44.
2) Kitab al Maghâzi/peperangan, Bab Hadîts Bani an Nadhîr,5/24.
3) Kitab al Farâidh/warisan, Bab Qaulu an Nabi saw. Lâ Nûrats Mâ Taraknahu Shadaqah/Kami tidak diwarisi, apa yang kami tinggalkan adalah shadaqah,8/4.
4) Kitab al I’tishâm/berpegang teguh, Bab Mâ Yukrahu min at Ta’ammuq wa at Tanâzu’/larangan berdalam-dalam dan bersengketa,8/147.
Tapi sayangnya, Imam Bukhari masih meninggalkan jejak dan dapat
menjadi petunjuk yaitu pembelaan Umar atas dirinya dan juga atas Abu
Bakar! Bukhari menyebutkan kata-kata Umar: Allah mengetahui bahwa ia adalah seorang yang jujur, bakti, terbimbing dan mengikuti kebenaran!
Dan kata-kata itu dapat menjadi petunjuk awal bahwa apa yang dikatakan
Ali dan Abbas paling tidak kebalikan darinya atau yang mendekati
kebalikan darinya! Sebab apa latar belakang yang mengharuskan Umar
mengatakan kata-kata tersebut andai bukan karena adanya tuduhan Ali dan
Abbas ra. atas Abu Bakar dan Umar?!
Para Pensyarah Bukhari Membongkar Apa Yang Dirahasiakannuya!
Akan tetapi, kendati demikian para pensyarah Shahih Bukhari, seperti
Khatimatul Huffâdz; Ibnu Hajar al Asqallani membongkar apa yang
dirahasiakan Bukhari![3]
Maka gugurlah usaha Bukhari agar kaum Muslimin tidak mengetahui
kenyataan pahit di atas! Dan ini adalah salah satu bukti keunggulan
kebenaran/al Haq! Betapa pun ditutup-tutupi tetap Allah akan membongkarnya!
Dalam kesempatan ini kami tidak akan memberikan komentar apa-apa!
Sepenuhnya kami serahkan kepada para ulama, pemikir, cendikiawan dan
santri Ahlusunnah wal Jama’ah untuk menentukan sikap dan tanggapanya
atas sikap Imam Ali as. dan Abbas ra. terhadap Abu Bakar dan Umar!
Kami hanya hendak mengatakan kepada pembaca yang terhormat: Jika ada
bertanya kepada Anda, jika Imam Ali as. benar-benar telah mengetahui
bahwa hadis yang disampaikan Abu Bakar itu benar sabda Nabi suci saw.,
mungkinkah Ali as. menuduh Abu Bakar berbohong?!
Mungkinkah Ali as. –sebagai pintu kota ilmu Nabi saw.- tidak
mengatahui sabda itu? Bukankah yang lebih pantas diberitahu Nabi saw.
adalah Ali dan Fatimah? Lalu mengapakah mereka berdua tidak diberi tahu
hukum itu, sementara Abu Bakar yang bukan apa-apa; bukan ahli waris Nabi
saw. diberi tahu?
Anggap Imam Ali as.dan Abbas ra. tidak diberti tahu oleh Nabi saw.
dan Abu Bakar lah yang diberi tahu, pantaskah Imam Ali as. membohongkan
sesuatu yang belum ia ketahui? Bukankah sikap arif menuntut Ali agar
berhati-hati dalam mendustakan sabda suci Nabi saw. dengan mencari tahu,
dari para sahabat lain?! Namun mengapa, hingga zaman Umar berkuasa pun
Ali as. dan Abbas ra. masih saja tetap pada pendiriannya bahwa Abu Bakar
berbohong dalam meriwayatkan hadis Nabi saw. tersebut!!
Bukankah dengan mencantumkan riwayat-riwayat seperti itu dalam kedua kitab Shahihnya, Syeikhân (khususnya Imam Muslim) hendak mengecam dan menuduh Abu Bakar dan Umar sebagai: pembohong, pendosa, penipu dan pengkhianat?
Atau jangan-jangan kitab nomer wahid kaum Ahlusunnah ini telah tercemari dengan kepalsuan kaum Syi’ah Rafidhah?!
Kami dapat memaklumi bahwa dengan riwayat-riwayat shahih seperti di
atas saudara-saudara kami Ahlusunnah dibuat repot dan kebingungan
menetukan sikap!
(A) Apakah harus menuduh Imam Bukhari dan Muslim telah
mengada-ngada dan memalsu hadis? Dan itu artinya kesakralan kitab Shahih
Bukhari dan Muslim akan runtuh dengan sendirinya!!
(B) Atau menerima keshahihan hadis-hadis shahih yang
diriwayatkan dari banyak jalur di atas dan itu artinya Abu Bakar dan
Umar di mata Imam Ali as. dan Abbas ra. adalah: pembohong, pendosa, penipu dan pengkhianat!!
Maka jika demikian adanya, mungkinkah para imam dan tokoh ulama dari
keturunan Imam Ali as. akan menyanjung Abu Bakar dan Umar, meyakininya
sebagai dua imam pengemban hidayah, sebagai Shiddîq dan Fârûq dan memandang keduanya dengan pandangan yang berbeda dengan ayah mereka?
(C) Atau menuduh Ali as. dan Abbas ra. sebagai telah menyimpang
dari kebenaran dan mengatakan sebuah kepalsuan tentang Abu Bakar dan
Umar ketita menuduh keduanya sebagai pembohong, pendosa, penipu dan pengkhianat?
(D) Atau jangan-jangan para ulama Ahlusunnah telah meramu sebuah
formula khusus yang akan memberi mereka jalan keluar yang aman?!
(E) Atau sebagian ulama Ahlusunnah akan menempuh jalan pintas dengan membuang redaksi tersebut dari hadis shahih itu, tawarru’an/sebagai bukti kewara’an, seperti yang dilakukan Bukhari dan sebagian lainnya.[4]
Dan tentunya ini adalah sebuah cara aman untuk keluar dari kemelut yang
mengguncang kemapanan doqma mazhab! Hadis seshahih apapun harus
disinggkirkan dari arena jika membuat repot para Pembela Mazhab dan akan
membukan pintu keresahan kaum awam atau bahkan setengah awam, setengah
alim!
Semoga Allah memberi kemudahan bagi saudara-saudara kami Ahlusunnah
untuk menumukan jalan keluar ilmiah yang bertanggung jawab dari kemelut
di atas. Amîn Ya Rabbal Alamîn.
[1]Para
ulama Ahlusunnah sendiri menegaskan bahwa hanya Abu Bakar seorang yang
meriwayatkannya uacapan itu atas nama Nabi saw.! Tidak seorang pun dari
shabat atau Ahlulbait Nabi saw. yang pernah mendengar hadis itu dari
Nabi saw.!! Semenatara Fatimah –putri tercita Nabi saw.- tidak
mengakuinya sebagai hadis, beliau menudh Abu Bakar telah bertdusta atas
nama Nabi saw. karenanya beliau as. tetap bersikeras menuntut hak waris
beliau dari ayahnya. Demikian juga dengan Imam Ali dan Abbas, keduanya,
seperti akan Anda ketahui di sini menuduh Abu Bakar telah berdusta atas
nama Nabi saw.
[2]
Demi meringkas tulisan ini, sengaja kami tidak cantumkan riwayat secara
lengkap dan tidak juga terjemahkan secara total potongan hadis di atas!
[3] Fathu al Bâri, ketika menysarahi hadis tersebut pada Bab Kewajiban Khumus,13/238.
[4] Baca syarah Shahih Muslim oleh Imam Nawawi,12/72.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar